
Warga
menahan sapi kerap yang akan berpacu saat perlombaan kerapan sapi di
Alun-alun Bangkalan, Madura, Jawa Timur, Minggu (19/6). Sebanyak 24
pasang sapi kerap dari berbagai kota di Madura dan Jawa Timur mengikuti
kejuaraan Kerapan sapi memperebutkan Piala Kapolda Jawa Timur.
TEMPO/Fully Syafi.
Potensi Madura - Empat
bupati di Pulau Madura, yakni: Bupati Sumenep, Pamekasan, Sampang, dan
Bangkalan, mendukung penghapusan karapan sapi menggunakan kekerasan atau
rekeng. "Saya sudah komunikasi dengan bupati se-Madura dan intinya kami mendukung karapan sapi tanpa kekerasan atau pakkopak," kata Bupati Pamekasan, Achmat Syafi'ie, Jumat, 27 September 2013.
Rekeng adalah tradisi menyiksa sapi saat karapan, yakni dengan mencambuk badan sapi memakai cambuk berpaku. Luka bekas cambukan diolesi spiritus, cabe rawit, dan balsem. Tujuannya agar sapi berlari lebih cepat.
Namun Syafi'ie mengakui kebijakan menghapus karapan sapi tanpa kekerasan belum disetujui sejumlah tokoh karapan sapi di Madura. Mereka umumnya lebih suka menggelar karapan sapi dengan kekerasan. "Jadi kita perlu komunikasi terus-menerus sampai menemukan solusi yang diterima semua pihak," kata Syafi'ie.
Karena dualisme karapan sapi ini, Badan Koordinator Wilayah IV Madura memutuskan menghentikan sementara waktu pelaksanaan ajang karapan sapi terbesar Piala Presiden tahun ini. "Piala Presiden di-off-kan dulu tanpa batas waktu," kata Sekertaris Bakorwil IV Madura di Pamekasan, Budiono.
Menurut dia, penghentian tersebut dilakukan untuk menghindari cekcok antara pihak yang menginginkan balap sapi dengan kekerasan dan pihak yang mendukung tanpa kekerasan. Dia mengatakan penghapusan kekerasan dalam karapan sapi atas rekomendasi langsung presiden. "Akan digelar kembali sampai tidak ada lagi cekcok," ujarnya.
0 komentar:
Posting Komentar